 
                  Dragon Ball: Sparking! ZERO — Nostalgia vs Fanservice?

Seri Dragon Ball selalu punya tempat spesial di hati para gamer dan penggemar anime. Dari era PlayStation 2 dengan Budokai Tenkaichi, hingga era modern yang didominasi game fighting seperti Dragon Ball FighterZ, setiap generasi punya judul andalannya. Di tahun 2025, Bandai Namco akhirnya merilis Dragon Ball: Sparking! ZERO, sebuah proyek besar yang sejak awal sudah menimbulkan hype luar biasa.
Namun, muncul pertanyaan penting: apakah game ini benar-benar membawa inovasi dan menghadirkan pengalaman segar? Ataukah sekadar mengandalkan nostalgia dan fanservice untuk menarik hati para penggemar lama?
Kembali ke Akar: Spirit Budokai Tenkaichi

Bagi banyak gamer, seri Budokai Tenkaichi adalah puncak pengalaman bermain game Dragon Ball. Mode 3D arena battle, roster karakter super lengkap, serta sensasi melepaskan Kamehameha dalam skala besar membuatnya begitu ikonik.
Sparking! ZERO jelas berusaha menghidupkan kembali semangat tersebut. Sistem pertarungan 3D dengan kebebasan penuh bergerak di udara maupun darat, serangan kombo spektakuler, hingga transformasi yang bisa dilakukan secara real-time di tengah pertarungan, semuanya terasa seperti “kembali ke rumah” bagi para veteran.
Dari segi nostalgia, game ini sukses besar. Banyak pemain yang langsung merasa seolah mereka kembali ke era PS2, namun dengan lapisan grafis dan detail animasi modern.
Roster Gila: Lebih dari 160 Karakter

Salah satu daya tarik utama Sparking! ZERO adalah jumlah karakternya yang sangat masif. Dari Goku di era klasik hingga wujud Ultra Instinct, dari Vegeta versi Majin hingga karakter baru dari Dragon Ball Super, bahkan tokoh pendukung yang jarang disorot pun ikut hadir.
Bagi penggemar, hal ini jelas fanservice tingkat dewa. Rasanya hampir semua karakter yang pernah muncul di manga maupun anime Dragon Ball akhirnya bisa dimainkan. Bagi sebagian orang, roster ini mungkin terasa berlebihan, namun justru di situlah letak daya tariknya: memberikan kebebasan penuh untuk menciptakan pertarungan impian yang tidak mungkin terjadi di cerita asli.
Grafis dan Presentasi Sinematis

Secara teknis, Sparking! ZERO benar-benar memanfaatkan kekuatan mesin grafis modern. Model karakter tampak detail, efek serangan energi (ki blast, Kamehameha, Final Flash) terlihat spektakuler, dan animasi pertarungan terasa seperti langsung keluar dari anime.
Cutscene transformasi juga dipoles dengan sangat baik, membuat setiap Super Saiyan power-up terasa epik. Di sisi presentasi, game ini jelas masuk ke ranah fanservice visual — karena sebagian besar usaha pengembang terlihat fokus pada membuat momen ikonik Dragon Ball semakin bombastis.
Apakah Ada Inovasi Gameplay?
Di balik semua kemegahan grafis dan roster masif, pertanyaan penting tetap ada: apakah gameplay-nya benar-benar baru?
Jika dibandingkan dengan FighterZ, game ini jelas berbeda arah. FighterZ menawarkan pertarungan 2D kompetitif dengan kedalaman mekanik yang kuat, sementara Sparking! ZERO lebih fokus ke skala besar, pertarungan arena 3D, dan pengalaman sinematis.
Dari sisi mekanik, ada beberapa penyesuaian:
• Sistem Stamina & Ki lebih realistis, mencegah pemain spam serangan besar.
• Transformasi mid-battle kini punya dampak strategis, bukan sekadar kosmetik.
• Mode multiplayer online memungkinkan pertarungan 5v5 dengan pergantian karakter cepat.
Meski begitu, tidak bisa dipungkiri bahwa inti gameplay masih sangat mirip dengan Budokai Tenkaichi 3. Bagi gamer baru, ini terasa segar. Namun bagi pemain lama, sebagian besar mekanik adalah versi upgrade dari apa yang pernah ada.
Nostalgia atau Fanservice Berlebihan?
Di sinilah dilema muncul. Sparking! ZERO memang luar biasa dalam memberikan apa yang diinginkan fans: roster lengkap, visual epik, musik orkestra yang membangkitkan memori, hingga mode pertarungan masif.
Namun, beberapa kritikus berpendapat bahwa game ini terlalu bergantung pada nostalgia dan fanservice. Kurangnya mode cerita baru yang benar-benar mendalam, serta minimnya inovasi gameplay besar, membuat sebagian gamer merasa ini hanya “kemasan ulang” dengan grafis modern.
Jika kamu mencari game kompetitif dengan kedalaman mekanik ala Street Fighter atau Tekken, mungkin Sparking! ZERO tidak akan memuaskan. Tapi jika yang kamu cari adalah fantasi ultimate Dragon Ball — bertarung dengan karakter favoritmu dalam skala spektakuler — maka game ini benar-benar menjawab harapan.
Kesimpulan
Dragon Ball: Sparking! ZERO adalah sebuah karya yang menyeimbangkan dua sisi: nostalgia dan fanservice.
• Dari sisi nostalgia, game ini sukses menghidupkan kembali semangat Budokai Tenkaichi yang dulu sangat dicintai.
• Dari sisi fanservice, roster karakter masif dan presentasi sinematis menjadi mimpi basah setiap penggemar Dragon Ball.
• Dari sisi inovasi, game ini mungkin tidak terlalu banyak menawarkan hal baru, namun ia tahu persis siapa audiens utamanya.
Apakah ini buruk? Tergantung dari sudut pandang. Bagi fans garis keras Dragon Ball, Sparking! ZERO adalah hadiah terbesar dalam 15 tahun terakhir. Tapi bagi gamer yang mencari pengalaman fighting kompetitif dengan kedalaman strategi, mungkin game ini lebih cocok disebut fanservice spektakuler ketimbang revolusi gameplay.
Pada akhirnya, Sparking! ZERO adalah game yang harus dimainkan oleh siapa pun yang tumbuh besar bersama Dragon Ball. Nostalgia atau fanservice, pada kenyataannya, game ini berhasil menghadirkan kembali semangat asli Dragon Ball dalam format modern — dan itulah yang membuatnya istimewa.

 
         
         
         
         
        